India adalah pemilik perpustakaan terbanyak di dunia. Indonesia no. 2, Setelahnya Rusia dan Tiongkok . Tapi minat dan kecepatan membaca Indonesia terendah di dunia? Why?
Pejabat India sama seperti Thailand dan Singapura tidak ego. Mereka bukan saja mewajibkan baca, tapi juga mengadakan kursus baca cepat, dan rajin ikut kompetisi baca cepat tingkat dunia.
Indonesia karena kemalasan membacanya justru berpikir terbalik, buku sudah tidak diperlukan. Karena sekarang buku sudah digantikan ebook. Padahal pengalaman kami mengajar baca cepat, ebook kurang memenuhi syarat untuk dibaca cepat . Pola Pikir bahwa ebook sudah gantikan buku menunjukkan pola pikir gratisan, berpikir sempit, tidak menghargai pengetahuan, dan makin membuat bangsa kita minat bacanya rendah. Jika ini terus terjadi maka skor PISA (Programme for International Student Asssement) kita semakin terjun bebas, karena membaca salah satu yang dinilai selain matematika dan sains.
Adakah buku baru yang diebookkan? Buku gratisan atau buku sudah tua. Mana ada buku baru diebookkan.. kalau ada, itu pelanggaran hak cipta yang hukumannya sangat berat, bisa 7 tahun penjara atau denda Rp 5 milyar. Bukan saja merugikan diri sendiri, tapi pengarang kita akan musnah. Jepang, China, Finlandia, Israel, Thailand juga punya gadget tapi tetap membaca buku.
*Indonesia Keok di Dunia*
Ketika India menjadi pemilik Perpustakaan terbanyak di dunia, hasilnya India menjadi CEO di banyak perusahaan global. India pemilik GDP PPP tertinggi di dunia. Indonesia termasuk negara dengan produktivitas rendah. Kreativitas kita pun sangat rendah, sehingga kita bahkan harus impor air dan garam . Dengan Thailand saja Indonesia ... keok. Thailand mampu membaca 5 buku setahun, Indonesia 1 pun tidak, Thailand mampu meningkatkan minat bacanya di atas 50%, kita 0,001%.
*Skor PISA kita Anjlok*
Thailand negara yang punya rasa malu. Kita tidak. Untuk mengejar ketertinggalannya, Singapura dan Thailand mewajibkan pelajaran mind mapping. Itu rahasia kenapa dulu Thailand negara no 59 dari 61 negara paling malas baca di dunia. Kini Thailand jauh meninggalkan Indonesia. Kita tetap di 60 dari 61 negara paling malas baca. Singapura memiliki skor Fisika, matematika, dan membaca dengan 750, Indonesia kurang dari 300. Termasuk terendah di dunia.
*Peta Konsep*
Saya pernah tanya ke Diknas kenapa kita tak mewajibkan mind map seperti Thailand dan Singapura? Mereka bilang ya karena g ada di kurikulum. Pernah saya tanya lagi, mereka bilang kurikulum 2013 pakai mind map. Saya penasaran saya cari tahu, ternyata bukan mind map yg dipakai tapi peta konsep. Peta konsep bukan mind map, pantes saja skor nilai membaca dan PISA kita gak naik2 bahkan merosot terus. Saya pernah adakan lomba mindmap, peserta tidak sampai 10 orang. Ini bukti kita tidak memahami pentingnya mind map.
Saya lihat buku2 pelajaran SD, lihat dari cara menyusun buku ajar, yang nyusun gak paham mind map🤣🤣 jangankan peserta didik, orangtuanya dan gurunya pun gak akan mampu me-minmap-kan buku mereka karena tiap sub bab ditulis panjang2. Dengan demikian ya jelas saja anak2 kita sulit belajar dan skor PISA nya terendah di dunia.
*Usulan ke Negara Tak Digubris*
Saya prihatin melihat kondisi ini. Saya kirim surat ke Istana Negara melalui Sekneg, gak tanggung2, 9x. Ke menteri pendidikan beberapa kali. Agar kita melakukan revolusi mental dengan mewajibkan membaca buku. Kita mendorong bangsa kita meningkatkan minat dan kecepatan membaca, tapi dicuekin, gak pernah dibalas. Pemerintah lebih suka didemo mungkin daripada disurat2i. Enggak tahulah. Sayangnya pendemo kita hanya bisa kritik tapi tidak solutif. Jokowi sendiri kesal komunikasi istana ke masyarakat buruk.
Surat saya ke Kemendiknas untuk mendorong diknas mengubah pola pendidikan atau mewajibkan baca cepat malah disposisi ke Pusat Bahasa. Ampun dah, Diknas ternyata pejabat adminnya malas baca, sehingga salah disposisi. Pusat bahasa yg terima surat dari Kemendiknas kirim surat ke saya, mereka bilang surat saya salah alamat. Ampuuun,🤦 Kemendiknas yang salah disposisi kenapa surat ke surat dialamatkan ke saya dengan mengatakan surat saya salah alamat . Ini Kemendiknasnya saja pemalas baca...🤦 Saya kembalikan lagi ke Diknas. Nggak ada jawaban. Pernah sekali istana negara membalas, agar menghubungi Kemendiknas... Sampai di Kemendiknas surat saya dinyatakan hilang? Apakah istana cuma disposisi ke Kemendiknas, dan tidak pernah minta laporan? Manajemen negara seperti inilah yang membuat kementerian bekerja seenaknya. Tidak ada kewajiban melaporkan.
Beberapa kali saya menulis surat tentang pentingnya baca cepat, tapi sepertinya bagai anjing menggonggong kafilah berlalu. Kemendiknas merasa tidak punya tanggung jawab atau memang tidak punya solusi meningkatkan minat baca.
*Salah kebijakan*
Rumus kecepatan membaca bukan semakin buku atau perpustakaan diperbanyak, semakin tinggi minat baca. Keliru. Rumus membaca yang benar adalah semakin tinggi kecepatan membaca semakin tinggi minat baca. Jadi yang harus dikejar adalah kecepatan membaca.
Di Indonesia tetap saja memperbanyak perpustakaan. Apakah ini proyek yang ada duitnya? Entahlah..
Kita berharap suara masyarakat didengar. Kami hanya bisa menyurati dan mengingatkan pemerintah. Kami tak peduli pemerintah mau laksanakan atau tidak. Tapi kamu melalui Alfateta mencoba merekrut trainer baca cepat 2 orang di tingkat kabupaten. Kami tahu prinsip Pemerintah yang membuat kita sulit maju dari dulu sampai sekarang adalah, kebijakan top to down, bukan down to top. Jadi sebagus apapun penemuan masyarakat atau ide masyarakat, jika tidak ada di kebijakan pemerintah ya, gak akan direspon. Jika ada sekolah yg mau uji coba baca cepat di sekolahnya masing2. Hubungi saya atau master affiliate Alfateta di seluruh Indonesia. Kita buktikan bahwa siswa Anda mampu membaca 52 buku setahun, di atas Jepang dan Eropa. (Bambang Prakuso, Alfateta Indonesia Mind Power Academy).
0 Komentar